Jangan salahkan aku.
Jangan salahkan aku jika akhirnya kamu menyesal dan tak bisa kembali. Aku hanya ikuti bisikan hati.
Semua nya proses. Sudah terjadi.
Dan sayang nya ini bukan suatu proses seperti reaksi bolak-balik dalam kesetimbangan kimia. Semuanya tak dapat berbalik.
Aku pernah bilang, ‘pikir dulu sebelum ngomong. Jaga mulut mu. Kalau perlu, sekolahin dulu, biar suatu saat kamu nggak perlu sibuk mengutuki dirimu’.
Tapi kayaknya, buatmu itu semua nggak lebih dari suara teriakan tukang bubur di pagi hari, atau alunan lincah nan menggoda dari sales penjual barang.
Sekarang, maumu apa?
Maaf?
Hey.. itu perkara mudah. Kamu bisa mendapatkan maaf ku dimana saja. Saat kamu berlari, saat kamu tidur, saat kamu mandi. Maaf ku ada dimana-mana, ada di udara sekitarmu, ada di kolong tempat tidur mu, di lemari bajumu, bahkan di sarang semut.. maafku ada dimana-mana.
Yang aku ingin kamu tau,
Bukan sok bijak. Bukan sok tua, apalagi sok jadi guru.
Tapi kadang, ada yang harus dilepas.
Ada yang harus di hempas.
Semua sudah berjalan. Ingat, proses tak kan di ulang kembali.
Pasrahkan dan serahkan semuanya.
Aku sudah lakukan sebisa ku.
Dan kamu, diam disana, renungkan, ceritakan semua pada langit yang akan mendengarmu.
Ambil semua maafku. Aku relakan semuanya untukmu.
Jadikan pelajaran.
Jangan kejar aku kemudian.
Kadang kala, cinta dan gila samar bedanya.

Curhat

by on December 25, 2008
Jangan salahkan aku. Jangan salahkan aku jika akhirnya kamu menyesal dan tak bisa kembali. Aku hanya ikuti bisikan hati. Semua nya proses....
Pertunjukkan yang indah,
Sangat menghibur.
Dimana tak ada seorang pun yang berkedip dan bergumam.
Sangat tenang, berbinar sinar menghanyutkan.
Standing applause selama 3 hari 3 malam.
Elu-eluan penonton tak habis-habisnya.
Sekarang, tutup dan mulai bersihkan panggung.
Lepas topeng, hapus make up, dan cepat pergi.

Sebenarnya aku ikut larut.
Sebenarnya aku juga mulai hanyut.
Ketika aku berada di puncak narasi,
Pertunjukkan selesai.

Bagaimana dengan tepukan meriah penonton?
Standing applause?

Pertunjukkan selesai
Tutup dan mulai bersihkan panggung
Lepas topeng, hapus make up, dan cepat pergi.

Sangat menghibur ..

sangat menghibur

by on December 17, 2008
Pertunjukkan yang indah, Sangat menghibur. Dimana tak ada seorang pun yang berkedip dan bergumam. Sangat tenang, berbinar sinar menghanyu...
Dari mana perubahan harus dimulai?
Kalo tangan dan kaki udah nggak mau gerak
Waktu badan serasa mau copot satu-satu
Dan asap mulai ngebul dari kepala ku
Pikir lagi coba
Dari mana harus dimulai?
Siapa yang mau mulai?
Dan yang paling susah..
Kapan mau dimulai?

Ini bukan cuma tentang aku, tapi tentang Bapak, Ibu, Adek, dan semua yang harus aku tanggung.
“Kita nggak lagi bicara tentang dia, juga nggak bicara tentang mereka. kita bicara tentang semuanya.. tentang besok..besok..besoknya besok..dan besoknya lagi”

Buzzzzz… semburan asep ngebul keluar lagi dari kepala ku.
Eh. Ini tulang-tulang malah ikut bunyi juga waktu aku mau ke kamar mandi! Kompak banget sich..

“Mbok.. Diem mulu sich.. Sekali-kali jawab lah. Nggak kasian apa sama aku? Sendirian. Kalo ngga ada kamu sama cemilan di rumah, aku bisa mati bosen kali..”
“Tapi aku juga sebel sama kamu, mbok! Diem mulu tiap aku ngomong!”

Mikir sebentar…
“Aku nyesel kemaren-kemaren kayaknya nyantai banget. Belajar nya nggak pake hatii! Cuma pake tangan ama secuil otak doang! Sambil tiduran lagii.. Coba deh pikir, pantesan aja nilai ku terjun bebas. Mana nggak pake parasut pula… wuah. Parah.”


“Waaaaaaaaaa!!!”
Mendadak ngejerit karena ada kecoa nyelonong lewat nggak pake permisi. (nggak sopan! Emang nggak pernah diajarin ortu nya apa?!!)

“Aku anak pertama. Ntar aku yang bakal gantiin Bapak, gantiin Ibu. Cari duit, buat beli beras, minyak, sayur, kangkung, telor..(apalagi yaaa?), buat sekolah adekku, bayar listrik, bayar air, bayar telpon, buat beli semua muanya (termasuk beng-beng, brownies bakar, ayam keju, chicken mushroom, pizza pake pinggiran superrr, coklat, omelet, rumah baru, mobil baru, motor baru, laptop baru, hp baru, baju baru, sepatu baru,... kalo pacar baru gmana yaa?? =P)… Ah. Pokonya tugas ku bakal berat. Tapi kenapa aku bisa nyantai-nyantai kayak gini? Kayak nggak bertanggung jawab diliatnya.. Ya nggak, mbok??”

Lagi-lagi Cuma diem…

“Heh, Mbok! Aku ini lagi ngomong sama kamu, loh! Nggak ada simpati-simpatinya sama sekali sich.. Datar-datar aja kamu..”

Brakkk! Pintu kamar ku ngebanting.. mungkin marah gara-gara ketiup angin...

“Aku emang cewe, kecil, item, belom jadi apa-apa, belajar juga setengah ati, tapi Mbok… kamu ingetin aku yaa.. AKU HARUS JADI SESUATU. Harus bisa ngebanggain keluarga, ngebanggain semua orang yang kenal aku. Aku harus jadi orang sukses. Yang nggak pernah masuk TV karena ikutan demo PHK.. aku nggak mau jadi yang kalah, mbok….”

“Zzzzzzzzz….”
Heh. Kurang ajar juga tuh cicak! Bisa-bisanya ngorok di tembok! Dikiranya aku ngedongeng kali yaa..


“Mbok, percaya aku kan?”
10 menit kemudian...
“Heh. Jawab dong! Diem mulu! Diajakin ngomong sama sekali nggak kasih komen! Dasar lu! Gila lu! Sarap lu!”

Sambil manyun…
“Belajar sopan santun, mbok! Kalo ada orang ngomong jangan diem aja! DASAR TEMBOK!!!”

Dan aku pergi….

Jadiii??

by on December 15, 2008
Dari mana perubahan harus dimulai? Kalo tangan dan kaki udah nggak mau gerak Waktu badan serasa mau copot satu-satu Dan asap mulai ngebul...
Maaf..
Maaf ketika aku harus jadi pecundang
Maaf ketika aku bahagia dalam fatamorgana
Maaf ketika aku larut dalam emosi.. atau sekedar simpati

Dan sekarang tak tau..
Mau jadi apa aku?
Lihat!!!

IYA... AKU MINTA MAAF!!!

Maaf.. Maaf..
Untuk kata yang terlalu cepat terucap,
Untuk kamu yang pura-pura mengerti
Untuk kamu yang jatuh tanpa bisa bangun lagi
Untuk kamu karena merasa terbunuh dan lepas sia-sia

Hey..
Bagaimana bila kau bunuh saja aku?

Berontak

by on December 14, 2008
Maaf.. Maaf ketika aku harus jadi pecundang Maaf ketika aku bahagia dalam fatamorgana Maaf ketika aku larut dalam emosi.. atau sekedar si...
Aku telah bernyanyi untukmu
Tapi kau tidak juga menari
Aku telah menangis di depan mu
Tapi kau tidak juga mengerti
Haruskah aku mengangis sambil bernyanyi?

*Lagu Gelombang – Kahlil Gibran

Lagu gelombang

by on December 14, 2008
Aku telah bernyanyi untukmu Tapi kau tidak juga menari Aku telah menangis di depan mu Tapi kau tidak juga mengerti Haruskah aku mengangi...
Aku ingin lepas dan berdiri sendiri.
Aku ingin terbang bersama kupu-kupu.. aku akan menjadi telur, ulat, kepompong, dan benar-benar menjadi kupu-kupu.. aku akan lalui metamorfosis sempurna ku.. hingga tak ada ragu ketika ku kembangkan sayapku.

Aku ingin berlari tanpa lelah. Berlari tanpa tahu dimana berakhirnya jalanan ku. Berlari tanpa peduli perihnya kakiku, berlari tanpa peduli panas teriknya matahari. Aku akan berlari dan terus berlari, hingga tak ada teriakan sekeras apapun yang dapat menghentikan ku.

Aku ingin berotasi bersama bumi. Berputar teratur, tak kenal waktu. Aku akan berjumpa dengan bintang, berkenalan dengan bulan, dan bercanda bersama matahari.. Aku akan ikut menjadi perisai dari kerasnya meteor. Aku akan memuaskan diri melihat seluruh bumi tanpa perlu pesawat ataupun kapal.

Aku ingin menjadi fluks. Fluks yang menembus batin mu dengan kecepatan cahaya. Tegak lurus, tanpa membentuk sudut selain 90 derajat, agar aku bisa tepat menembus batin dan jiwa mu.

Aku ingin menjadi udara. Aku akan menjadi bagian dari tiap nafasmu. Aku akan menjadi yang dibutuhkan oleh kamu. Aku akan keluar masuk tanpa permisi. Dan bukan tak mungkin, suatu saat aku akan mengamuk dan menghancurkan mu.

Aku inginnnnnnnnnnnnn……
Aku semua nya.. dan beribu lainnya….

semangat!

by on December 14, 2008
Aku ingin lepas dan berdiri sendiri. Aku ingin terbang bersama kupu-kupu.. aku akan menjadi telur, ulat, kepompong, dan benar-benar menjadi...
“Sekarang aku tau gimana rasanya sepi. Waktu nggak ada lagi jari yang ngisi sela di jari ku, waktu nggak lagi kritik pedas kalo aku curhat, dan waktu nggak ada lagi suara berisik orang yang nonton sepak bola di tengah malam. Yang ada sekarang cuma suara jangkrik.. krik..krik.. atau suara kukuk burung hantu kalau malam sudah makin gelap.”
“Semua ada waktunya, Key..”
Wanita itu bangun dari duduknya. Pergi ke dapur membuat secangkir kopi seperti yang selalu dilakukannya.
“Aku nggak habis pikir, kok bisa ya Subagja sialan itu berani nekat?”
“Namanya juga manusia, Key..”
Key kembali duduk sambil ‘menyeruput’ kopi panasnya.
“Rasanya pengen banget aku mutilasi dia.. Terus aku jadiin sate..”
“Ya tinggal di mutilasi aja, Key. Toh kamu juga bisa sekalian terkenal mendadak kan?”
“Iya sich.. Tapi rugi. Keenakan kayaknya kalo cuma di mutilasi! Ga sebanding sama sakitnya aku.”
“Key.. Key.. Nggak berubah ya kamu..”
Key diam, kali ini tanpa ‘menyeruput’ kopi panasnya.
Sahabatku yang satu ini nggak ada berubahnya sama sekali. Nggak bisa terima kalo ngerasa sakit. Tapi beban nya kali ini memang berat, sedikit miris dilihatnya.
“Sini, Vi! Temenin aku!”
Key sudah berbaring di atas rumput taman belakang waktu dia teriak memanggil aku.
“Kamu tahu, Vi? Aku bener-bener kangen. Kita yang selalu berantem buat nyiapin sarapan, kita yang ribut gara-gara sabun cair dan sabun batang, yang nggak pernah bisa kompak kalo main bakiak…”
Key menarik nafas panjang. Dan berusaha melanjutkan ceritanya,
“Selalu protes kalau aku nggak bangunin dia pagi-pagi. Teriak-teriak kalau dasi nya kusut, dia yang nggak mau makan kalo suapan pertama bukan aku yang nyuapin, nggak mau tidur kalo aku belum tidur…”
Suara Key semakin pelan. Aku tahu hatinya sedang penuh gejolak. Membendung luapan sedih yang di pendamnya sendiri. Aku biarkan dia menangis.
“Baru sebulan, Vi.. Baru sebulan aku ngerasain itu.. Dan sekarang semua nya udah nggak ada lagi…”
Pilu hatiku mendengar Key. Dia berbaring disebelahku, begitu dekat aku merasakan rintihannya. Tapi sama sekali aku nggak berani menatap dia.
“Key…”
“Aku nggak bisa ngebayangin, gimana sakitnya Mas Yoyo waktu itu. Terbakar di dalam mobilnya, terjebak, nggak bisa lari dan pergi.. Dia terbakar hidup-hidup, Vi!!”
Suara Key yang awalnya pelan mulai meninggi. Suara rapuh yang dipaksakan keluar untuk meringankan jeritan hati di dalam.
“Subagja sialan! Kurang ajar! Bisa-bisanya dia ngerencain hal itu buat bunuh suamiku! Apa urusannya dia sama Mas Yoyo?! Karena aku nolak dia dan nikah sama Mas Yoyo?! Karena dia dipecat gara-gara skandal sex nya kebongkar sama Mas Yoyo dan akhirnya dia kehilangan semua jabatannya?! Gitu?!! Arrrghhh! Setan!!”
“Dan sekarang, dia tetep bisa ketawa walaupun di penjara! Kayaknya dia bahagia banget. Atau jangan-jangan dia tikus? Makanya seneng banget bisa balik ke penjara sempit nya yang bau itu..?”
Sunyi. Tak ada satu kata pun yang melanjutkan kata-kata Key barusan.
“Dia puas, Vi! Dia Puas!!”
Tiba-tiba Key menjerit. Keras! Jeritan yang mampu merobek hati tiap orang yang mendengar. Jertitan emosi di balut luka yang mendalam. Key semakin tak terkendali.
Aku peluk erat tubuh ringkih Key. Tubuhnya gemetar. Nafasnya putus-putus.
Tak ada pertahanan sama sekali. Tubuhnya mulai melemah, tertarik oleh medan pilu batinnya yang tak tertolong .
Baru sebulan lalu aku hadir dan berfoto di acara pernikahan Key. Tapi sebelum ada koma, semuanya sudah diakhiri dengan titik. 3 hari lalu, Yoyo, suami Key, meninggal. Entah bagaimana ceritanya, mobil Yoyo terbakar ketika di perjalanan. Di tengah kepanikan dan sebelum sempat menyelamatkan diri, api sudah lebih dulu berkuasa.
Hal ini jelas direncanakan, karena setelah di selidik, banyak keganjilan di tangki bensin yang bocor dan mesin mobil yang akhirnya menimbulkan percikan api. Sehari setelahnya, tanpa penyangkalan dan pembelaan berbelit-belit, Subagja bersedia di tangkap.
Aneh kan?
“Key.. Relain semuanya.. Mas Yoyo udah dapetin tempat yang terbaik..”
Setengah jam kemudia, tangis Key reda. Bermata sembab, dia sempat tersenyum.
“Di hari ketika aku masih bisa ngeliat senyumnya, nyapa dia di pagi hari, saat dia masih bisa bercanda dan ketawa sama aku.. Sekarang dia pergi.. nggak akan kembali.”
Key mulai bisa mengendalikan dirinya. Dan kali ini, seorang Keyza Nirmala yang hampir tenggelam berusaha tegar dan berdiri di atas kepingan penyangga jiwa yang retak.
“Kalau dia sedih ngeliat aku nangis, aku akan hapus tangis ku, asalkan dia bahagia. Dan sekarang, ketika dia udah di sisi-Nya, aku pengen..dia bisa tetep tersenyum bahagia disana...”



“ Bilakah kau bersedih bila ku menagis, kan ku hapus tangis mu asalkan kau bahagia. Dan bilakah kini kau tlah disisinya.. ku harap disana kau tetap selalu tersenyum ceria…”
Ran – Lagu untuk Riri

i let u go

by on December 14, 2008
“Sekarang aku tau gimana rasanya sepi. Waktu nggak ada lagi jari yang ngisi sela di jari ku, waktu nggak lagi kritik pedas kalo aku curhat, ...
Aku sadar, aku tak bisa menghabiskan waktu ku.
Aku belajar tiap aku bernafas.
Banyak hal menanti di belakang.
Beri aku waktu.
Mungkin hanya butuh sedikit perhatian.
Kamu masih bagian dari tiap hal yang aku kerjakan.

untittle ah..

by on December 05, 2008
Aku sadar, aku tak bisa menghabiskan waktu ku. Aku belajar tiap aku bernafas. Banyak hal menanti di belakang. Beri aku waktu. Mungkin h...
“Permisi mas… permisi mbak…”
Uh. Manusia “setengah-setengah” itu mulai menyodorkan bungkus permen kosong nya selesai berkicau dengan ‘kecrekan’ kaleng yang bunyinya nggak jelas.
Banci ngamen bukan hal aneh di dalam bis kota seperti ini.
Tiba-tiba, “Kelas berapa, dek?”
“Saya Pak?” aku bertanya bingung pada seorang bapak tua yang duduk di sebelahku.
“Lha iya too.. kamu.”
“Oh. 3 SMA, Pak,” jawabku.
“Ooo.. Kamu itu kalo diliat-liat, ya mirip sama anakku di Solo. Seumuran mungkin yaa... Nduk, lha umur mu piro?”
“Umur? Memang kenapa, Pak?”
“Mbok ya di jawab, kok malah tanya lagi?”
“Ya saya kan mesti tau dulu, kenapa Bapak tanya umur saya. Gitu loh, Pak..”
“Gini loo.. lha bapak punya anak seumuran mu, tapi bapak lupa dia lahir tanggal berapa.. Lha kalo dia nanya lahir tanggal berapa, bapak bingung. Embuh, lali tanggal piro!” Jawab Bapak itu dengan logat jawa nya yang kental.
Aku hampir ngakak! Masa iya ada bapak yang nggak tau tanggal lahir anaknya? Hehehe.
“Ooo. Saya 16 tahun, Pak. Mungkin anak Bapak juga seumuran sama saya.”
“Iya ya.. mungkin juga. Jadi gini nduk, dari dulu dia selalu nanya lahir nya itu tanggal berapa. Lha tapi piye.. wong saya juga bingung dia lahir tanggal brapa.”
“Loh, terus sekolah nya gimana, Pak?”
“Dia ndak sekolah, mbantu ‘mamak’ nya kerja di pabrik kerupuk”
“Ooo…”
Siang bolong dan panas kaya gini, masalah manusia makin ada-ada aja. Aduh.. kok ada ya orang tua yang nggak tau kapan anaknya lahir??
“Dia minta tangga lahir. Piye yo?“
Wah. Bingung juga. Masa iya sih tanggal lahir bisa di bikin imitasi nya gara-gara yang asli ilang?
“Gini deh, Pak. Saya lahir 31 Desember 1991. Anak bapak kalo di liat-liat seumuran saya kan? Gampang.. Bapak pilih aja tanggal dan bulan yang bapak suka di tahun yang sama dengan tahun lahir saya.. Gimana, Pak?”
Usul yang aneh. Konyol. Tapi.. bolehlah buat bantu orang lain.
“Wah.. boleh nduk! Bagus nya tanggal berapa ya kira-kira?”
“21 April, Pak! Biar sama dengan R.A Kartini!”
Bapak itu berpikir sebentar, seperti mengingat sesuatu.
“Walah, ojo nduk! Elek tanggale. Tanggal 21 April kemarin sapi bapak ilang! Seng lianne.. yang lain..”
Hah? Aduh-aduh.. tanggal sapi ilang bisa inget, kok tanggal lahir anak bisa lupa? Sumpah. Aku tambah bingung!
“1 Januari deh, pak! Tahun Baru! Kan sekalian di rayain orang sedunia! Gimana, Pak?”
Bapak itu berpikir lagi.
“Lha wong 1 Januari itu tanggal meninggal mbah nya.. ndak sopan to yoo..”
“28 Oktober, 30 September, 10 November, atau 1 Maret? Ada yang cocok nggak, Pak?”
Semenit, dua menit, dan sudah hampir sepuluh menit bapak itu diam. Sekarang aku sudah ada di puncak nya bingung!
“Pak? Kok diem?””Bingung, nduk.””Lha bingung kenapa, Pak?”
“Ndak tau. Bingung mikirin Tri..”
“Tri? Siapa itu, Pak?”
“Yaa itu… Nama anak saya.. Tri Agustina namanya.”
Tri Agustina? Apa mungkin 3 Agustus?
“Dulu yang kasih nama itu bidan yang ngebantu lahirnya dia. Tapi ibu bidan nya itu sudah meninggal.. ngono..”
“Walah bapak... Bapak tau ndak to artine Tri Agustina??” Aku mengikuti logat jawa si Bapak.
“Opo to artine? Apa artinya?””Tri Agustina itu 3 Agustus , Bapaaakk…. Tri itu diambil dari Bahasa Inggris, artinya tiga. Agustina biasanya diambil dari nama bulan, Agustus. Ngono…”
“Oalah, nduk… ngono to? Jadi anakku itu lahirnya 3 Agustus?!”
“Kemungkinan besar sih gitu..”
“Oalah…..”
Bapak itu nggak berhenti bilang ‘oalaaahhh…’ sambil senyum sumringah. Seneng juga liatnya. Seneng bisa bantu mecahin masalah orang lain, walaupun masalahnya sedikit konyol.
Masalah emang nggak bisa di duga bentuk nya. Makin tua umur bumi, mungkin masalah yang jauh lebih bikin kita ngerutin dahi, bakal muncul lebih banyak. Hehe.
“Pak, saya turun duluan ya. Semoga anak Bapak seneng sama tanggal 3 Agustus,” kataku sambil senyum
“Iyoo, nduk.. matur nuwun yoo.. makasih banget udah bantu Bapak.. Yo wes.. sing ati-ati..”
Siang yang unik! Kapan lagi ya bisa dapet pengalaman siang yang kaya gini…? J

Obrolan Bis

by on December 02, 2008
“Permisi mas… permisi mbak…” Uh. Manusia “setengah-setengah” itu mulai menyodorkan bungkus permen kosong nya selesai berkicau dengan ‘kecre...

My Blog List