*saya menjanjikan ini untuk seseorang..

Yaah. Akhirnya nggak tahan juga. Saya nggak bisa melampiaskan kegilaan dengan cara lain kecuali lewat tulisan. Kemungkinan akan ada sangat banyak sampah -atau mungkin sampah semua- disini . Karena sesuatu yang seharusnya tumpah sejak lama, terbendung dan ‘tergantung’ terkatung-katung..

 if it was cruel, thats okay, at least dont get me hurt by not makin your last promise


nggak akan pernah ada yang salah di dunia ini selama kita nggak melakukan salah. Nggak akan pernah ada sakit kalo kita nggak memicu keadaan yang membuat sakit. Dan nggak akan ada kecewa selama nggak ada harapan. Jadi siapa yang salah?

Beberapa waktu ini saya cenderung labil dan nggak ada bedanya sama cuaca Bandung 2 bulan terakhir, nggak jelas.

Mungkin saya nggak bisa menjabarkannya dengan terlalu baik. Tapi semoga ini dimengerti..

Gue mulai setuju dengan pernyataan ‘expectation kills’. Yang membunuh itu nggak harus selalu keliatan, yang membunuh itu bisa juga sesuatu yang membuat lo nggak bisa berkata-kata dan pengen marah  tapi nggak bisa karena lo bahkan nggak bisa menyalahkan penyebabnya.

Terkadang lo nggak harus marah dengan latar belakang sebab. Secara normal mungkin agak nggak rasional kalo gue bilang ‘penyebab nggak selama nya jadi stimulan atas akibat’, but they work.
Siapa yang akan lo salahkan ketika lo marah dan penyebabnya adalah diri lo sendiri? Mau maki-maki diri sendiri? Apakah itu juga rasional?

Kayak yang sebelumnya gue bilang, akhir-akhir ini gue bersahabat baik dengan cuaca Bandung, kami punya satu kesamaan, nggak jelas. Seringkali gue marah tapi bahkan gue nggak tau untuk apa gue marah, ke siapa gue marah, gue marah karena apa, dan apa yang bisa bikin marah gue ilang. Yak, satu kalimat sebelum ini cukup menggambarkan tindakan tidak rasional lain yang gue lakukan.

gue gak menyesali apa-apa, cuma agak kecewa. No one can promise you they wont hurt you baby, and no one can promise you forever

Ekspektasi, kerennya ‘harapan yang tinggi terhadap sesuatu’.
Wajar kan ketika lo pengen mengubah apa yang lo rasa nggak tepat menjadi lebih tepat?
Manusiawi dong ketika lo ingin semuanya jadi lebih baik dari sebelumnya?
Dengan visi misi yang lo punya, lo akan berharap ‘semesta’ mendukung pemikiran lo dan ‘sesuatu’ mengikuti cara pikir yang lo punya.
TAPI,
berekspektasi itu harap-harap cemas. Berekspektasi itu resiko jatohnya gede. In other way, expectation means dissapoinment. *deep breath*
Yah, mungkin lo nggak ngerti alasan gue berekspektasi..

Hal yang mulai gue sadari adalah gue menaruh harapan terlalu tinggi terhadap sesuatu. Harapan dengan tingkat fisibilitas yang gue sendiri nggak pernah bisa perkirakan. Harapan untuk sesuatu yang berada di luar control gue, untuk sesuatu yang nggak bisa gue pastikan. Pure ini kesalahan gue dan secara nggak langsung ini menjadi ‘saya menyakiti saya’.

Pada akhirnya gue sadar kalo sebenernya ketidaklaziman yang terjadi di gue akhir-akhir ini bukan oleh apapun dan siapapun. Itu ulah gue sendiri, ekspektasi gue mungkin masih di awang-awang dan belum juga membumi.

and we have to own a big heart to survive

karena kita selamanya nggak akan bisa mengontrol orang lain untuk melakukan apa yang jadi harapan kita. Dan membuat  flying bird terpaksa jadi flightless bird yang nggak punya sayap adalah kekonyolan maksimal yang harusnya nggak ada di pikiran. Sayap mereka bukan alasan ketika mereka mati ditembak pemburu, sayap mereka juga bukan penyebab ketika mereka mati kesengat listrik. Bukan sayapnya yang salah, tapi mungkin cara berpikirnya atau cara bertindaknya atau keberuntungan atau mungkin juga takdir..

mungkin gue yang harus mulai stop expecting dan start accepting. Karena sebenernya ya itu tadi, expectation is the root of all heartache..

Expect-a(c)tion

by on February 26, 2012
*saya menjanjikan ini untuk seseorang.. Yaah. Akhirnya nggak tahan juga. Saya nggak bisa melampiaskan kegilaan dengan cara lain kecuali lew...

My Blog List